• logo nu online
Home Warta Berita Aktual Kabar Nahdliyin Khutbah Badan Otonom Bahtsul Masail Pesantren Ulama NU Opini
Kamis, 28 Maret 2024

Badan Otonom

IPNU

Peringati Hardiknas dan Harkitnas , PC IPNU Banyuwangi Gelar Diskusi Panel

Peringati Hardiknas dan Harkitnas , PC IPNU Banyuwangi Gelar Diskusi Panel
Diskusi Panel PC IPNU Banyuwangi dalam rangka memperingati Hardiknas dan Harkitnas (Foto: IPNU BWX/NUOB)
Diskusi Panel PC IPNU Banyuwangi dalam rangka memperingati Hardiknas dan Harkitnas (Foto: IPNU BWX/NUOB)

Banyuwangi, NUOB

Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) dan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) kabupaten Banyuwangi menggelar Diskusi Panel dengan tema, "Menilik ulang semangat Ki Hajar Dewantara melalui  Ing ngarso sung Tulhada, ing madya mangun Karso, Tut Wuri Handayani dalam potret Pendidikan dibanyuwangi”. Senin, (30/5/2022).

Bertempat di Aula Dinas Pendidikan kabupaten Banyuwangi, diskusi ini mengahadirkan Narasumber yang menjadi pegiat di dunia pendidikan seperti Luqman Abdillah (Founder Rumah ta'lim Ababil), Tunggul Harwanto (Aktivis literasi Indonesia), selain itu juga hadir Dinas pendidikan sebagai pemangku kebijakan pendidikan di Banyuwangi dalam hal ini diwakili oleh Alfian serta Guru SMKN 1 Banyuwangi Haris Budi Utomo.

 

Ketua PC IPNU Banyuwangi  yang menjadi representasi Pelajar NU di Banyuwangi. Acara ini berjalan dengan lancar penuh khidmat  diikuti oleh kader IPNU, IPPNU serta perwakilan OSIS dari beberapa Sekolah di Bumi Blambangan.
 

Pada sambutannya ketua PC IPNU Banyuwangi Imam Mutaji menyampaikan, harapannya tentang kualitas pendidikan Banyuwangi kedepan, forum ini akan menjadi Refleksi serta titik awal kita bersinergi untuk membangun Pendidikan Banyuwangi di masa depan.

“Pelajar di Banyuwangi harus terus meningkatkan kualitas, forum seperti ini agar dimanfaatkan untuk menjadi refleksi untuk membangun Pendidikan di Banyuwangi di masa yang akan datang,” ujar Taji sapaan akrabnya.

Dalam berjalannya diskusi yang dimoderatori oleh Agil Mangkunegoro ini memberikan waktu kepada para narasumber untuk menyampaikan pandangannya terhadap tema besar yang diangkat dalam acara ini.

Pandangan pertama disampaikan oleh Luqman Abdillah yang merefleksikan ulang nilai-nilai yang dibawa oleh Ki Hajar Dewantara.

"Kita harus menemukan kembali Ruh dari Konsep pendidikan yang digagas dan dibawa oleh Ki Hajar Dewantara," kata Luqman.

Disusul Alfian yang menjadi perwakilan dari Dinas Pendidikan kabupaten Banyuwangi tentang potret pendidikan di Banyuwangi, bahwa keberpihakan pemerintah kabupaten Banyuwangi khususnya Dinas Pendidikan dalam memberikan akses seluas luasnya kepada peserta didik di Banyuwangi, hal tersebut menjadi komitmen bersama untuk mewujudkan pendidikan di kota Gandrung ini merata.

"Harus dipastikan Tidak ada anak Banyuwangi yang kesulitan untuk mengakses Pendidikan," tegas Alfian.

Setelah dua narasumber tersebut, moderator memberikan Waktu kepada narasumber selanjutnya , yakni Tunggul Harwanto untuk menyampaikan pentingnya membaca ulang Biografi Ki hajar Dewantara untuk menjadi suri tauladan.

Tak ayal Tunggul sapaan akrabnya, pada awal sesi penyampaian sudah memberikan challenge dengan hadiah buku Biografi Ki Hajar Dewantara yang menjadi sumber inspirasinya dalam membangun Rumah literasi Indonesia.

Antusias peserta menjadi saat mendapat tantangan itu hingga pada akhirnya dimenangkan oleh Rio dari Pimpinan Aanak Cabang (PAC) IPNU kecamatan Songgon. Dalam penyampaiannya Tunggul menyampaikan bahwa kita harus memiliki alternatif pendidikan.

"Bahwa budaya pendidikan kita hari ini tidak memberikan kebebasan seorang murid untuk mengeksplorasi potensinya, justru terkesan memaksa dan menyelaraskan. Hal ini tidak baik untuk perkembangan pendidikan anak, sehingga kita harus menyediakan alternatif pendidikan diluar sekolah yang bisa memberikan keleluasaan dan kemerdekaan murid dalam mengeksplorasi dirinya. Itulah salah satu nilai nilai yang dibawa oleh Ki Hajar Dewantara" papar Tunggul.
 

Sesi terakhir diberikan kepada narasumber yang menjadi Guru di SMKN Banyuwangi yakni Haris Budi Utomo. Pihaknya menyampaikan bahwa guru dituntut untuk menjadi suri tauladan dihadapan muridnya, apapun kondisinya guru haruslah demikian.

Hal ini berarti guru dituntut menjadi malaikat dan tidak boleh salah. Selain itu pendidikan tidak bisa hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan saja, melainkan harus dimaknai secara kompleks salah satunya adalah pembangunan moral.

Selain penyampaian dari para narasumber, moderator juga memberikan waktu untuk sesi tanya jawab agar diskusi ini benar benar menjadi refleksi bersama dalam mempersoalkan pendidikan di Banyuwangi. Salah satu peserta yang diberikan waktu untuk bertanya adalah Yakin dari Ruang Pemuda Wongsorejo yang bertanya perihal pengejawantahan dari nilai nilai ku Hajar Dewantara dalam potret pendidikan di Banyuwangi.

Narasumber pun memberikan pandangan yang luas, serta dibutuhkan kolaborasi seluruh elemen untuk mewujudkan pendidikan ideal di Banyuwangi dimasa depan. (Agil/Miswan/Syahroni)


Badan Otonom Terbaru