• logo nu online
Home Warta Berita Aktual Kabar Nahdliyin Khutbah Badan Otonom Bahtsul Masail Pesantren Ulama NU Opini
Kamis, 18 April 2024

Khutbah

Ramadlan sebagai Jaminan Memperbaiki Diri

Ramadlan sebagai Jaminan Memperbaiki Diri
Ramadhan (Foto: NUOB)
Ramadhan (Foto: NUOB)

KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُ للهِ الذي جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ وَالَّذِيْ بِذِكْرِهِ تَطْمِئِنُّ الْقُلُوْبَ وَبِفَضْلِهِ تَغْفِرُ الذُّنُوْبَ. أشْهَدُ أنْ لا اِلهَ إلاّ اللهُ الْخاَلِقُ المَعْبُوْدُ وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ الصَّارِفُ الْمَوْعُوْدُ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلامُهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أهْل التَّقْوَى وَالْمَعْرِفَةِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الْمَبْعُوْثِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الْمُبِيْنِ :   شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

 

Jamaah Jumat yang Dimuliakan AllaH

Betapa besar nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Dalam suasana bangsa yang tidak menentu akibat penyebaran virus Corona, kita masih diberikan umur panjang. Bahkan mendapat kesempatan untuk hidup dan merasakan suasana Ramadlan. Sungguh ini nikmat yang sangat bermakna dalam hidup kita. Karenanya saya mengajak kepada diri sendiri dan jamaah semua untuk meningkatkan takwallah yakni dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.

Jamaah RahimakumullaH

Sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah diterima, mari gunakan kesempatan bertemu Ramadlan kali ini dengan satu tujuan yakni mencari keridlaan Allah SWT. Karena kini kita telah memasuki bulan puasa, maka marilah kita introspeksi sejenak, sudahkah puasa kita dilakukan dengan benar. Apakah dalam waktu yang telah berjalan selama ini apakah kita menjalani puasa sesuai ketentuan yang digariskan syariat?

Maka bersama-sama marilah kita renungi sejenak pada hal-hal berikut ini. Agar puasa Ramadlan dapat dikerjakan dengan sempurna dan mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka hendaknya melakukan hal-hal berikut: Sudahkah kita mempersiapkan jasmani dan rohani, mental spiritual seperti membersihkan lingkungan, badan, pikiran dan hati dengan memperbanyak permohonan ampun kepada Allah SWT dan minta maaf kepada sesama manusia. Jika mungkin niat kita selama ini belum benar, marilah kita meluruskannya dengan niat yang tulus ikhlas, hanya ingin mendapat ridla Allah SWT. Karena setan tidak akan mampu mengganggu orang yang tulus ikhlas dalam ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam surat al­-Hijr ayat 39-40:

 قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ. إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

Artinya: Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka. (QS Al-Hijr: 39-40)

Dan bila kita masih belum dapat bersabar untuk menahan lapar dan dahaga, atau untuk menahan nafsu syahwat, maka kini dan untuk selanjutnya, hendaknya kita dapat berpuasa dengan penuh sabar untuk melatih fisik dan mental, karena kesabaran itu akan mendapat pahala yang sangat banyak. Allah SWT berfirman:

 إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

Artinya: Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. (QS. Az-­Zumar: 10)

Namun bukan berarti kita menyia-nyiakan waktu dan menyiksa diri dengan berlama-lama berbuka atau telah makan sahur jauh-jauh sebelum waktu imsak tiba. Tidak harus demikian saudara-saudara. Segera berbuka jika waktunya sudah tiba dan, mengakhirkan makan sahur adalah cara yang tepat untuk meminimalisir beban fisik kita.

Rasulullah SAW bersabda:

 لَا تَزَالُ أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ مَا أَخَرُّوْا السَّحُوْرَ وَعَجَّلُوْا اْلفِطْرَ

Artinya: Umatku senantiasa berada dalam kebaikan jika mereka menyegerakan buka dan mengakhirkan sahur. (HR Ahmad).

Jamaah Jumat yang Berbahagia

Seorang muslim tidak akan mampu berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Karenanya, umat Islam berkewajiban menjaga kesehatan fisik mereka sepanjang menjalani ibadah puasa Ramadlan. Bergembira dengan kedatangan bulan Ramadlan adalah pesan Rasulullah secara langsung. Rasulullah mencontohkan dengan bersiwak, berbekam dan senantiasa menunjukkan raut muka yang penuh keceriaan.

Sahabat Abdullah ibnu Mas’ud RA, menceritakan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan kepadanya untuk memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. Pada zaman dahulu, orang-orang Islam bahkan mengidealkan Ramadlan yang tidak diributkan oleh perkara-perkara duniawi dan kebendaan. Mereka menginginkan sepenuhnya dapat beribadah hanya kepada Allah tanpa terbagi dengan kebutuhan untuk mencukupi kehidupan duniawinya. Selain itu, hal terpenting bagi seorang mukmin dalam mengisi waktu di bulan Ramadlan adalah dengan meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk, karena Ramadlan adalah waktu yang sangat mendukung bagi seorang mukmin untuk bertobat. Karena pada masa ini, yakni selama bulan Ramadlan, setan-setan yang biasanya menggoda dan meniupkan nafsu angkara murka kepada manusia telah dibelenggu. 

Dengan demikian, manusia tinggal menghadapi nafsunya sendiri selama bulan Ramadlan. Maka alangkah meruginya manusia, jika pada bulan Ramadlan pun ia sama sekali tidak menunjukkan penurunan intensitas kemungkaran yang biasanya dijalankan. Bukankah ia tinggal melawan nafsunya sendiri? Jika saja Ramadlan tidak dapat membuatnya sedikit pun mengurangi kemungkarannya, maka apakah lagi pada bulan-bulan ketika harus melawan setan yang penuh dengan tipu daya? Maka sungguh merugilah orang seperti ini. Karena Ramadlan adalah bulan pertobatan, maka marilah kita segera mengakhiri segala kemungkaran yang selama ini membelenggu kita. Sungguh dengan bertobat, berarti kita telah membawa diri menuju keberuntungan di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana firman Allah:

وَتُوْبًوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ  

Artinya: Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur, 24 : 31)

Dengan demikian, semoga kita dapat menangkap makna sesungguhnya dari sabda Rasulullah SAW: Telah datang kepada kalian bulan Ramadlan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. (HR. Ahmad).

Termasuk dari pertobatan ini adalah menjaga lidah dari aneka kebohongan yang biasanya sulit dihindari. Karena apalah artinya perut kita lapar dan tenggorokan haus jika lidah kita tetap mudah berbohong?

Rasulullah SAW bersabda:

 مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ فَيْ أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

Artinya: Siapa saja (selagi puasa) tidak meninggalkan kata-kata dusta dan melakukan berbuat tidak bermanfaat, maka tidak ada artinya di sisi Allah, walau dia tidak makan atau minum. (HR Bukhari)

Hadirin yang Berbahagia

Hal lain yang hendaknya semakin diperbanyak adalah marilah di bulan Ramadlan ini kita senantiasa kerap membaca Al-Qur’an, menghayati dan mengamalkannya, sebagaimana Rasulullah SAW setiap bulan didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan Al-­Qur'an. Mengertilah bahwa Al-Qur'an yang dibaca pada bulan Ramadlan akan memberi syafaat kepada pembacanya kelak di hari kiamat.

Memperbanyak i’tikaf di masjid adalah juga salah satu cara untuk bertobat dan merenungi kesalahan-kesalahan kita selama setahun yang telah berlalu. Memperbanyak ibadah, shalat malam dengan mengajak keluarga untuk ibadah malam. Memperbanyak membaca tasbih, karena sekali tasbih di bulan Ramadlan lebih baik dari seribu tasbih dil uar Ramadlan. Imam Az-Zuhri berkata: Apabila datang Ramadlan, maka kegiatan utama kita, selain berpuasa, ialah membaca Al-Qur’an.

Hal ini tentu saja dilakukan dengan tetap memperhatikan tajwid dan esensi dasar diturunkannya Al-Qur’an untuk direnungi, dipahami, dan diamalkan. Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyatakan: Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan-kebaikan (selama bulan Ramadlan) dan telah meninggalkan keburukan-keburukan serta kemaksiatan untuk (memperbanyak) bersujud (shalat dan qiyamul lail/shalat malam) kepada Allah sebagai tanda syukur. Selain itu juga dianjurkan pula untuk memperbanyak memuji Allah dengan pujian-pujian (sanjungan) yang sesuai dengan keagungan-Nya.

Rasulullah SAW bersabda:

 قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Artinya: Telah datang bulan Ramadlan, bulan penuh berkah. Maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR Ahmad)

Artinya selama berpuasa, hendaknya kita selalu meningkatkan amal kebaikan, baik yang bersifat ritual, seperti shalat dan seremonial seperti silaturahim, maupun yang bersifat individual seperti memperbanyak berdzikir dan merenungi keagungan Allah SWT. Adalah sama sekali tiada halangan bagi seorang muslim untuk tetap beraktivitas positif dan produktif selama berpuasa, kendati terjadi perubahan-perubahan kondisi tubuh terhadap seorang yang sedang menjalani ibadah puasa, terutama bagi mereka yang jarang berpuasa sunah selama setahun sebelum kedatangan bulan Ramadlan. Memang bahwa seseorang yang sedang berpuasa, akan mengalami perubahan kondisi badan seperti mau mulut yang berubah dan kondisi fisik yang melemah, namun justru di sanalah letak salah satu keutamaan orang-orang yang berpuasa.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: Bau mulut seseorang yang berpuasa adalah lebih harum di sisi Allah pada hari kiamat dari harumnya minyak misik. (HR Bukhari)

Jamaah yang Berbahagia

Selain itu tentu saja umat Islam mesti menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesungguhan hati dan ketetapan niat untuk menjalani ibadah puasa hanya semata-mata karena Allah SWT. Karena keikhlasan dan kepasrahan inilah yang akan menentukan kualitas ibadah puasa seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

 مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: Siapa pun yang menjalankan ibadah puasa Ramadlan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan. (HR. Bukhari Muslim)

Karenanya, para ulama shalih terdahulu atau salafus shalih sangat memperhatikan dan memiliki semangat yang tinggi dalam menyambut datangnya bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya bulan penuh berkah ini. Di mana kegembiraan ini adalah dikarenakan bulan Ramadlan adalah waktu turunnya rahmat Allah secara berlimpah dan berlipat ganda kepada umat Muhammad. Para salafus shalih, menyadari bahwa Ramadlan sangat singkat. Sungguh sangat berharga, setiap detik dalam waktu-waktu bulan Ramadlan. Karenanya, mereka senantiasa mempergunakan segala kesempatan di bulan ini dengan amalan yang dapat membersihkan diri, meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan serta demi semakin mendekatkan diri kepada Allah. Tentu kita sebagai penerus perjuangan mereka, harus senantiasa mengikuti jejak ketakwaan di bulan Ramadlan ini.

 بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua 

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ      أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Editor:

Khutbah Terbaru