Biografi Nabi Muhammad: Kelahiran hingga Masa Remaja (Bagian I)
Dalam salah satu ayat
Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Muhammad terdapat suri
teladan yang baik (uswah hasanah). Karena itu, setiap Muslim harus mengetahui
kisah hidup atau biografi Nabi Muhammad agar bisa meneladaninya dengan baik dan
benar.
Nabi
Muhammad SAW adalah nabi dan rasul terakhir yang ditugaskan Allah untuk
menyampaikan risalah langit kepada umat manusia. Agama Islam yang dibawa Nabi
Muhammad adalah penyempurna dari agama yang dibawa para nabi dan rasul
sebelumnya. Beliau menyebarkan agama Islam kepada umatnya dengan penuh
perjuangan.
Nabi Muhammad
mengalami hidup yang berliku—meski menjadi manusia istimewa dan pilihan Allah.
Terlebih ketika menyebarkan ajaran Islam. Beliau menghadapi berbagai macam
rintangan, tentangan, penolakan, halangan, dan bahkan upaya pembunuhan. Kendati
demikian, beliau menghadapi itu semua dengan penuh kasih sayang. Karena Nabi
Muhammad diutus Allah ke dunia itu, tidak lain dan tidak bukan, adalah sebagai
rahmat bagi semesta Allah. Tanpa terkecuali satu makhluk pun.
Kelahiran Ada
banyak pendapat dan riwayat terkait dengan dengan biografi Nabi Muhammad,
terutama tentang hari kelahiran Nabi Muhammad. Namun menurut riwayat yang
paling masyhur, Nabi Muhammad lahir pada Tahun Gajah—tahun di mana Raja Abrahah
dari Yaman dan pasukan bergajahnya menyerang Ka'bah. Persisnya, tanggal 12
Rabi’ul Awwal atau bertepatan dengan 29 Agustus 580 Masehi di Makkah. Pendapat
ini didasarkan pada sebuah riwayat Imam Ibnu Ishaq dari Sayyidina Ibnu Abbas:
"Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada
bulan Rabi'ul Awwal, Tahun Gajah."
Diriwayatkan bahwa
banyak kejadian ajaib dan luar biasa terjadi, baik pada saat-saat sebelum dan
sesaat setelah Nabi Muhammad lahir. Pada malam menjelang kelahiran Nabi,
pintu-pintu surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, ribuan
malaikat turun ke bumi, bulan terbelah, bintang-bintang bersinar terang, dan
burung-burung yang penuh cahaya memenuhi rumah Sayyidah Aminah ibunda Nabi
Muhammad.
Sementara sesaat
setelah Nabi Muhammad lahir, jin tidak bisa lagi mengintip berita langit, arsy
bergetar hebat, seluruh langit dipenuhi cahaya sehingga menjadi terang, Istana
Kisra berguncang begitu dahsyat sehingga menyebabkan 14 balkonnya roboh, api
abadi yang disembah umat Majusi padam, Gereja di sekitar Buhaira roboh, dan
bahkan Ka’bah juga ikut bergetar selama tiga hari karena bahagia menyambut
kehadiran Nabi Muhammad.
Perihal Nama Muhammad
Nabi Muhammad bukan lah pemberian manusia. Ia adalah nama yang disampaikan
Allah kepada ibundanya Sayyidah Aminah dan kakeknya Abdul Muthalib melalui
malaikat dan isyarat mimpi. Dalam satu riwayat, seperti tercantum dalam
al-Sirah al-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, Sayyidah Aminah didatangi malaikat
ketika sedang mengandung. Kepada Sayyidah Aminah, malaikat tersebut
menginformasikan bahwa anaknya yang berada dalam kandungan itu adalah pemimpin
umat dan meminta agar menamainya Muhammad.
Begitu juga dengan
sang kakek, Abdul Muthalib. Dia mendapatkan inspirasi nama Muhammad dari
mimpinya. Jadi, pada saat cucunya lahir, Abdul Muthalib membawanya ke dalam
Ka’bah dan bertawaf. Setelah itu, ia keluar dan melewati kerumunan massa.
Mereka kemudian bertanya kepada Abdul Muthalib perihal nama cucunya itu. Maka
dijawablah kalau nama cucunya adalah Muhammad.
Orang-orang kembali
bertanya mengapa dinamakan Muhammad. Sebuah nama yang terdengar asing di
telinga masyarakat Arab pada saat itu. Karena tidak seorang pun dari nenek
moyang dan bangsa Arab yang sebelumnya menggunakan nama itu.
"Sesungguhnya aku sangat ingin semua penduduk bumi memujinya," jawab
Abdul Muthalib. Secara bahasa, Muhammad berarti yang dipuji atau terpuji.
Masa Anak-anak Nabi
Muhammad adalah yatim-piatu sejak kecil. Beliau ditinggal wafat
ayahnya—Sayyidina Abdullah- ketika masih di dalam kandungan. Sang ayahanda
jatuh sakit dan kemudian wafat dalam perjalanan balik ke Makkah, setelah
sebulan berdagang di Syam. Dia kemudian dimakamkan di Madinah.
Sementara sang
ibunda, Sayyidah Aminah, wafat ketika Nabi Muhammad berusia enam tahun. Merujuk
buku Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik (Martin Lings, 2012),
Nabi Muhammad hidup bersama sang ibunda selama tiga tahun, atau hingga beliau
berusia enam tahun. Saat usia satu hingga tahun, beliau hidup bersama dengan
ibu susuannya, Sayyidah Halimah as-Sa’diyah di kampung Bani Sa’d.
Keluarga Arab kota
memiliki kebiasaan untuk menitipkan anak mereka yang baru lahir kepada
perempuan desa atau gurun untuk disusui. Hal ini dilakukan agar anak mereka
terhindar dari penyakit yang ada di wilayah perkotaan, agar anaknya memiliki
tubuh yang sehat, dan agar anak-anak mereka fasih dalam berbahasa Arab. Begitu
pun dengan Sayyidah Aminah. Ia menitipkan anaknya, Nabi Muhammad, kepada
Halimah as-Sa’diyah beberapa saat setelah melahirkannya. Dengan demikian, Nabi
Muhammad menghabiskan masa anak-anaknya—masa balita—di Kampung Bani Sa’d.
Kehadiran Nabi Muhammad membawa keberkahan tersendiri bagi Halimah dan
keluarganya. Setelah ada Nabi, kehidupan Halimah dan keluarganya menjadi lebih
sejahtera karena hewan ternaknya menjadi gemuk-gemuk dan beranak banyak.
Pada usia enam tahun, Nabi Muhammad kembali hidup dan tinggal bersama sang
ibunda. Namun tidak berselang lama, beliau ditinggal wafat yang ibunda. Nabi
kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Tidak lama kemudian, kakeknya
wafat dan Nabi diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
Pada saat usia
delapan tahun, Nabi Muhammad mulai bekerja menggembala kambing milik orang kaya
Makkah. Disebutkan Nizar Abazhah dalam Bilik-bilik Cinta Muhammad (2018),
setidaknya ada tiga alasan mengapa Muhammad kecil akhirnya memutuskan untuk
bekerja menggembala kambing. Pertama, membantu meringankan beban ekonomi Abu
Thalib. Kedua, Kedua, menggembala kambing tidak butuh modal. Ketiga, Nabi
Muhammad senang berada di padang yang luas karena di sana beliau bebas
merenungkan segala sesuatu secara mendalam tanpa ada yang mengganggunya. Beliau
menjadi penggembala kambing kurang lebih selama empat tahun. Masa Remaja Pada
saat usia 12 tahun, beliau diajak Abu Thalib untuk ikut dalam kafilah dagang ke
Syam. Sejak saat ini, beliau semakin menekuni dunia perdagangan. Hingga suatu
ketika seorang saudagar kaya Makkah, Sayyidah Khadijah, membuka lowongan kerja
bagi siapa saja untuk menjajakan barang dagangannya. Abu Thalib mendengar hal
itu dan kemudian menawarkannya kepada Nabi Muhammad. Beliau menerima tawaran
tersebut. Tugas pertama Nabi Muhammad adalah berniaga ke negeri Syam.
Beliau ditemani Maisaroh—budak Sayyidah Khadijah—dengan membawa barang
dagangannya berupa kain-kain.
Berkat kerja keras,
sikap jujur, dan amanah, Nabi Muhammad berhasil menjajakan barang dagangannya.
Semuanya laku terjual dan untung banyak. Setelah mendengarkan cerita dari
Maisaroh, Sayyidah Khadijah terkesima dengan sikap dan perangai Nabi Muhammad
dalam mendagangkan barangnya. Merujuk buku Muhammad A Trader,
Nabi Muhammad sudah menjadi pemimpin kafilah dagang ke luar negeri pada saat
usianya baru 17 tahun. Ia berdagang hingga ke 17 negari lebih. Di antaranya
Syam, Yordania, Bahrain, Busra, Irak, Yaman, dan lainnya. Dalam
Sirah Nabawiyyah, al-Mubarakfury menjelaskan bahwa Nabi Muhammad menggandeng
as-Saib bin Abus-Saib sebagai partner saat awal-awal memulai bisnis. Bagi Nabi,
Abus-Saib adalah rekan terbaiknya dalam bisnis. Tidak pernah berselisih dan
tidak curang. Demikian biografi Nabi Muhammad dari kelahiran hingga masa
remajanya.